By
: Sandi Fathawati S
1. Ibu saya
Bagi saya Ibu yang terhebat di dunia adalah Ibu
saya. Melahirkan saya, penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Merawat,
menyayangi saya dan adik saya dengan penuh cinta. Tulusnya, kelembutannya untuk
kami, anak-anak nya. Ibu saya adalah Ibu yang paling terhebat di dunia. Merawat
saya dan adik-adik saya tanpa mengaharap balas kasih. Dari kecil hingga saya
seperti ini Ibu ada, dan akan selalu ada di balik kesuksesan saya. Ibu
meneteskan air mata ketika melihat anak nya bahagia, meneteskan air mata ketika
melihat tingkah laku anaknya, meneteskan air mata karena berdoa demi kebaikan
anak-anaknya. Air matanya tulus, dan ikhlas. Bagi saya , Ibu saya lah yang
terhebat di dunia. Dengan sebuah tulisan ini, saya ingin mengutarakan rasa
terima kasih saya kepada Ibu.
You are
my everything and I am nothing without you, Mom.
Happy Mother’s Days
2. Anda masih ingat tragedi gempa 7,9 skala richter yang mengguncang daratan
China? Hampir 10 ribu jiwa akibat peristiwa yang terjadi bulan Mei 2008 itu.
Berikut adalah cerita seorang ibu yang tewas saat melindungi bayinya.
12 Mei 2008
Wen Chuan, salah satu daerah yang paling parah terkena gempa. Sukarelawan yang
bertugas saat itu menemukan pemandangan yang memilukan.
"Lihat itu, ada seorang wanita di sana"
Dari balik reruntuhan tampak jenazah seorang wanita, dan ada sesuatu di
bawahnya, seorang bayi.
Ibu itu tampak berlutut dengan sikap sempurnya kepada Tuhan memohon dengan
sisa2 tenaganya yang terakhir untuk diberi kekuatan melindungi bayinya..
Tubuhnya tampak seperti berdoa dengan sangat khusuk. Sang anak tidak terluka
sama sekali
Di bawah selimut bayi itu, para sukarelawan menemukan ponsel dengan sebuah
tulisan di layarnya
" Anakku tersayang, bila kau hidup, ingatlah ini, mama akan selalu
mencintaimu"
Sang bayi kehilangan ibunya. Tapi dengan seluruh hidupnya, dia akan ingat
bagaimana cinta seorang ibu adalah cinta terhebat di dunia
Ini foto bayi saat digendong
sukarelawan
3.
Kisah Nyata : tentang Kasih
Sayang Seorang Ibu
Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam
kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah
tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui
lagi nasibnya. Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang
wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa
berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke
tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil.
Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
“Bu,
kita! sudah sampai”,kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah
kenapa dia tega melakukannya. Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:”Nak,
Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih
sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih
sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak,
Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan.
Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan
petunjuk jalan”. Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak.
Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang,
dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia. Mungkin cerita diatas
hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang
mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya
sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba.
kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja.
Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang
tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka
menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada
waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita
hingga menjadi seperti sekarang inii.
Comments
Post a Comment